Rabu, 22 Agustus 2012

KIMONO 

Kimono (着物 ?) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang).
Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf "T", mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.

Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.[1] Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiri seijin shiki. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.[2] Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).

Pakaian pengantin wanita tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode dan uchikake (mantel yang dikenakan di atas furisode). Furisode untuk pengantin wanita berbeda dari furisode untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan untuk furisode pengantin diberi motif yang dipercaya mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih cerah dibandingkan furisode biasa. Shiromuku adalah sebutan untuk baju pengantin wanita tradisional berupa furisode berwarna putih bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih.

Sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagai wafuku (和服 ?, pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku (呉服 ?). Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang tiba di Jepang dari daratan Cina.

Kimono wanita

 
Kurotomesode dengan 5 buah lambang keluarga
Pemilihan jenis kimono yang tepat memerlukan pengetahuan mengenai simbolisme dan isyarat terselubung yang dikandung masing-masing jenis kimono. Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri.
Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah pada suso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi.
Gadis mengenakan furisode
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.
Hōmon-gi (訪問着 ?, arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.[3]
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.[3]
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang.[3] Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar.[3] Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.
Yukata adalah kimono santai yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk kesempatan santai di musim panas.

[sunting] Kimono pria

Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam.
Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
  • Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.

KKN Kelompok 27 Desa Simpang jaya

lamaaaaaaa banget gak posting.. kali ini mau cerita soal KKN a.k.a Kuliah Kerja Nyata.. KKN tu semacam kaya pengabdian gitu, di desa 1 bulan, bikin program kerja buat ngebantuin desa, praktekin teori di lapangan.. waktu awal2 sebelum KKN tu rasanya gaje, antara takut,bingung,seneng(dikit), campur aduk.. takut gimana hidup di desa, gimana signal? gimana mandi? gimana makan? tidur? nyuci? macem macem deh timbul pikiran.. pas udah langsung di desa nya hmmm lumayanlah bisa nerima keadaan, nyobain adaptasi.. waktu minggu pertama masih galau..haha suasana desanya itu, hmmmm dinginnnn bangettt kalo pagi apalagi.. ada sapi BANYAK, jadi kadang ada suara sapi berasa kaya di game FARMVILE, haha signal Handphone sih ok, tapi buat internet (modem) :p payahh.. nyari ampe ke lapangan bola, nyampe ke tengahnya gak dapet dapet..di kejar sapi yang lepas pula, hahahaha temen temen KKN
ini temen2 cewe udah mulai adaptasi, asik juga di desa, masak bareng, nyuci piring bareng, tidur bareng upss cewe sama cowo pisah lo rumahnya.. rame ngajar anak2 SD, nonton bareng, sosialisasi sama warganya, banyak lagi deh.. biasanya kalo bosen di posko kita main kartu bareng buat ngisi waktu luang, hahaha pake bedak kalo kalah di kasih codetan.. hmm berhubung kamar mandi sama wc nya di gabung nd cuma ada satu, makaaa..kadang itu rebutan..haha buat kebelakang gitu..sumpah kalo darurat itu kepaksa di tahan..antri dolooo.. pasarnya cuma ada 1 minggu sekali tiap hari rabu, jadi kami ke pasarnya itu langsung beli buat keperluan 1 minggu, ckck gak ada kulkas pula, gak ada makan ikan deh..tapii kalo ada pasar gitu bisa makan sate hehehe..lucu kecil2 tusukannya..tapi lumayan enak.. kemaren KKn nya kena bulan ramadhan jadi sempet ngerasain gimana puasa di desa beberapa hari, kalo saur itu bangun pake alarm buat ngebangunin temen2 trus masak..kadang dibangunin juga, kalo gak cowonya yg ngebangunin..sempet telat masak eh belom selesai makan udah imsak..haha o iya, kalo di desa itu kemana2 lumayan jauh jaraknya antar desa di 1 kecamatan itu, jalannya bikin pegel rusakk..perginya sih pake motor.. jadi kalo mau ke posko temen di desa lain itu musti mikir dulu..jauhh di desa lain ada warung bakso..baksonya gede 1 porsinya itu..kenyang banget ..tapi kalo mau musti naik motor yang jaraknya itu beberapa Km..jauh deh.. kangen sama baksonya ..pengen lagi..seru sih pengalaman buat nyobain makan bakso disana.. kangen temen2 KKN 1 kelompok aku.. kangen kalian sanak.. seneng banget temen 1 kelompok itu semuanya baik-baikk.. makasih buat pak kades sma bu kades udah nerima kami dengan baik..makasih juga buat semua warga desanya.. banyak banget pengalaman yang di dapet..kalo diceritain bisa panjang banget..jadi yang singkat aja.. cekidott sedikitt memori yang bisa ditampilin